Rembug warga di Desa Kejuden menjadi ruang perjumpaan antara mahasiswa ISIF, perangkat desa, dan masyarakat setempat. Suasana hangat tercipta dengan suguhan teh hangat, singkong rebus, serta kacang khas Papua yang menambah keakraban.

1. Rotan: Identitas Ekonomi yang Mulai Pudar

Desa Kejuden pernah dikenal sebagai sentra kerajinan rotan. Hampir setiap rumah tangga terlibat dalam produksi. Namun kini, kerajinan rotan mulai ditinggalkan akibat gempuran produk modern yang lebih murah. Warga menegaskan pentingnya menjaga nilai historis dan budaya rotan yang ramah lingkungan.

2. Sawah: Sumber Kehidupan dan Tradisi

Persawahan tetap menjadi tulang punggung ekonomi desa. Dari sawah lahir tradisi gotong royong, bagi hasil, hingga ritual syukuran. Bagi warga, sawah bukan sekadar sumber pangan, melainkan ruang kebersamaan dan pengikat sosial.

3. Tradisi Lokal: Nyimplo dan Buyut

Tradisi Nyimplo menjadi sarana doa bersama dengan lantunan syair, sedangkan tradisi Buyut adalah penghormatan pada leluhur. Keduanya berfungsi sebagai pengikat spiritual, sosial, dan budaya masyarakat.

4. Menggali Sejarah Desa

Mahasiswa juga menelusuri sejarah Kejuden melalui literatur dan wawancara. Fakta menarik muncul, seperti asal-usul nama gang yang memiliki kisah unik. Banyak warga baru mengetahui sejarah lokal mereka dari paparan mahasiswa. Karena itu, kegiatan ini dijuluki sebagai “Kuliah Kupas Nama”.

Kesadaran Bersama

Diskusi menghasilkan pemahaman bahwa budaya lokal adalah warisan berharga. Jika tidak dijaga, dikhawatirkan generasi muda lebih mengenal sejarah luar negeri ketimbang kisah kampung sendiri.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa ISIF bersama masyarakat berusaha merefleksikan potensi desa dari sisi sejarah, ekonomi, dan nilai sosial untuk diwariskan ke generasi berikutnya.

created by grace